Oleh : Muhammad Isnaini *)
Bimantika.net
Apa yang bisa kita harapkan dari gerimis ketika kemarau panjang melanda? Tentu kita akan salah besar, jika ada harapan dalam gerimis tersebut. Jangankan menumbuhkan pohon, menghapus tempelan debu di daun saja tidak.
Saat kemarau, tentu kita membutuhkan hujan yang begitu deras. Selain menciptakan mata air juga dahaga kekeringan seketika akan sirna. Tumbuh-tumbuhan tumbuh subur, dedaunan menghijau, tanaman hutan kebun semua menjadi rimbun.
Kiasan diatas menggambarkan kondisi politik pra pilkada kabupaten bima 2020. Ketika pilkada menjelang, insan politik biasanya berteriak untuk berbicara suksesi kepemimpinan. Ada yang bertahan untuk mempertahankan yang ada dan ada pula yang menyerang untuk menumbangkan kekuasaan dengan menghadirkan penantang.
Pilkada kabupaten bima kali ini, para penantang berbicara menumbangkan kekuasaan dengan berbicara tanpa variabel yang jelas. Misal, dengan lantang mereka bicara bahwa petahana bisa dikalahkan dengan alasan gagal namun mereka kesulitan mengucapkan variabel sebagai takaran sehingga terkesan sangat emosional. Begitupun saat sebagian lainnya menuntut dan mengatakan bahwa sang petahana sebagai pemimpin tanpa ide dan gagasan, mereka sendiripun gagap untuk menghadirkan dan mengucapkan ide serta gagasan yang mereka miliki.
Ada ketimpangan yang sangat besar ketika Tuhan hanya menghadirkan gerimis disaat bumi dilanda kemarau panjang. Atau memang jangan-jangan kemarau itu hanyalah halusinasi mereka yang hidup di gurun tanpa mengetahui kondisi sesungguhnya didaerah tropis yang sejuk dan mewangi pepohonan serta dedaunan.
*) Penulis Aktif di DPD l KNPI NTB