
Oleh: Paramita, Amd. Kes
Bimantika.net _Semua kanal media sosial, baik media massa maupun media maya dipenuhi oleh berita pernikahan anak bungsu orang nomor satu di Indonesia. Pernikahan yang sangat menarik perhatian semua kalangan.
Diselenggarakan dengan sangat mewah. Sejumlah Menteri dalam kabinet Jokowi tampak sibuk dalam serangkaian acara pernikahan tersebut. Seakan-akan tidak ada beban yang terjadi saat ini.
Ironisnya pernikahan mewah ini tersaji di atas jeritan rakyat.
Mewah! Lupa Akan Prioritas
Kaesang Pangarep. Siapa yang tidak kenal dengan nama ini? Anak dari seseorang yang punya kuasa di negeri ini. Tanggal 10-11 Desember 2022 yang diadakan di Kota Solo dan Yogyakarta merupakan hari bersejarah dalam hidupnya.
Pernikahan yang diselenggarakannya begitu menarik perhatian banyak kalangan. Mulai dari kalangan para pejabat negara sampai kalangan masyarakat biasa. Bahkan sejumlah Menteri Indonesia terlihat sangat sibuk mengurusi pernikahan putra Presiden tersebut.
Diantaranya Menteri koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara, Pratikno, Menteri BUMN, Erick Thohir, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi dan Menteri Investasi, Bahlil Lahadialah.
Tidak hanya itu, dikutip dari kompas.com, dua hari menjelang pernikahannya, petugas pengamanan yang dikerahkan mencapai 11.800 personel, terdiri dari TNI-POLRI.
Mereka tampak disiapkan di segala sisi Kota Surakarta. Terutama di sekitar rumah dinas Wali Kota Surakarta, rumah kediaman Presiden di Sumber, Jalan Slamet Riyadi dan juga Puro Mangkunegaran.
Ditambah lagi dengan Polda Jateng mengerahkan 11 ekor anjing.
Hewan-hewan ini dikerahkan untuk melaksanakan tugas sterilisasi dan deteksi bahan peledak selama prosesi tasyakuran berlangsung.
Sejenak semua kalangan dibuat sibuk dan lupa akan semua masalah yang tengah terjadi di negeri ini.
Mereka mendadak lupa apa yang seharusnya mereka kerjakan. Mereka terlena dengan acara sesaat yang menghabiskan banyak dana.
Bahkan titik fokus mereka terhenti saat acara tersebut diadakan dengan sangat mewah nan megah.
Jeritan Rakyat dan Wajah Penguasa Kapitalistik
Pernikahan mewah nan megah di tengah penderitaan rakyat rasanya tidak sepatutnya diadakan apalagi sampai menghabiskan dana dan fasilitas negara.
Akhir tahun 2022, negeri ini dilanda banyak ujian (korban gempa, stunting, PHK dimana-mana, dan masih banyak lagi). Terdapat 5.389 pengungsi akibat gempa di Cianjur menunggu datangnya bantuan.
Belum lagi PHK dimana-mana yang mengancam sumber nafkah mereka. Bapak-bapak yang kesulitan mencari tempat kerja.
Anak-anak yang kurang gizi dan banyak rakyat yang mengalami kemiskinan.
Pantaskah penguasa memamerkan kebahagiaan di atas masalah himpitan ekonomi dan penderitaan masyarakat yang sulit teratasi?
Rasanya semua kebahagiaan yang melibatkan para penguasa bukan hal yang baru dalam sistem kapitalisme.
Berbagai fasilitas dan kebahagiaan yang sudah dijamin akan mereka dapatkan, semakin mendorong mereka untuk berlomba mengikuti kompetisi dalam pemilu baik calon legislatif, kepala daerah atau pendukung kekuasaan demi meraih jabatan.
Jadi tidak heran mereka berebut kursi kekuasaan hanya untuk melampiaskan nafsu sendiri bahkan kelompok mereka.
Ibarat kata pepatah, kacang lupa kulitnya. Mereka datang kepada rakyat ketika ada maunya, giliran kekuasaan dan jabatan sudah mereka dapatkan, rakyat diabaikan bahkan suara rakyat tidak didengar lagi.
Ditambah gaya hidup mereka yang tinggi, bahkan yang terlihat sederhana saja belum tentu gaya hidupnya sesederhana penampilannya.
Berbeda dengan penguasa di dalam sistem Islam, yang sampai mematikan lampu minyak hanya karena yang dibicarakan putranya adalah urusan pribadi.
Pemimpin Ideal dan Harapan Umat
Kekuasaan dalam Islam adalah mengurusi urusan umat. Jabatan yang mereka punya adalah sebagai fasilitator untuk bisa menerapkan seluruh aturan Islam.
Pemimpin yang menjabat tidak hanya orang yang sederhana bahkan ada yang dari kalangan orang kaya, seperti Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Akan tetapi ketika beliau menjabat sebagai kepala negara dan ketika sudah difasilitasi dengan fasilitas yang mewah tidak membuat Khalifah Umar bin Abdul Aziz terlena dengan jabatannya itu.
Beliau tetap sederhana. Diceritakan ketika Khalifah Umar sibuk merampungkan tugas di ruang kerjanya, tiba-tiba putranya datang menemuinya. Dan Khalifah Umar bertanya kepada putranya, “apa untuk urusan keluarga kita atau urusan negara?”. Putranya menjawab, “urusan keluarga”. Seketika Khalifah Umar bergegas meniup lampu penerang di atas mejanya dan seluruh ruangan menjadi gelap gulita.
Saking sederhananya, sampai tidak mencampuradukkan antara harta keluarga dan harta negara.
Pemimpin seperti ini adalah sosok pemimpin yang sangat dirindukan umat dan kehadirannya benar-benar menjadi penjaga kaum muslimin. Seperti sabda Nabi SAW, “Sesungguhnya Al-Imam (Khalifah) adalah perisai, dimana orang-orang akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung dari musuh dengan (kekuasaannya)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikhul Islam meriwayatkan dalam karyanya As-Siyasah Asy-Syar’iyah tentang kriteria yang baik yang harus dimiliki oleh pemimpin yang akan menduduki suatu jabatan adalah kuat (mampu) dan amanah.
Pemimpin yang kuat tentu tidak berasal dari mereka yang tersandera oleh kepentingan partai, golongan apalagi menghamba kepada penjajah dan kaum kafir.
Pemimpin yang kuat (mampu) adalah pemimpin yang berani melawan kezaliman dan menerapkan aturan Islam yang datang dari Allah azza wa jalla dan sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Dan pemimpin yang amanah adalah sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin. Dengan sifat ini pemimpin akan menjaga kepercayaan rakyat atas tanggungjawab kepemimpinannya.
Hanya saja pemimpin seperti ini tidak akan mungkin bisa kita temukan di sistem hari ini.
Jangankan mengurusi urusan umat, mendengarkan aspirasi rakyat saja tidak mereka hiraukan.
Sebaliknya, pemimpin seperti Umar bin Abdul Aziz akan kita dapatkan ketika sistem yang kita terapkan adalah sistem yang berasaskan Islam. Bersumber dari Allah SWT dan yang sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. (***)