Hidup Untuk Sebuah Pengabdian Hanya Pada Allah SWT

jpn

Foto : Penelurusan Geogle

Bimantika.net -Manusia diciptakan dengan tugas beribadah kepada Allah SWT,.

Sebagaimana firman-Nya, “Aku Tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzaariyat:5 6).

Manakala manusia hendak mengabdi kepada Allah SWT, harus ada tiga unsur yang dipenuhinya dalam hidup ini, yaitu sebagai berikut.

Pertama, Ketundukan Hati kepada Allah SWT

Ketundukan hati kepada Allah membuat seorang muslim tidak merasa berat dalam menjalankan pengabdian, bahkan dia tidak akan bersedih hati bila hal-hal yang tidak menyenangkan menimpa dirinya.

Allah berfirman,

“Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (al-Baqarah: 1 1 2).

Kedua, Taat kepada Allah Tanpa Perasaan Berat

Pengabdian kepada Allah SWT hanya bisa dilakukan manakala seseorang tidak memiliki perasaan berat pada ketentuan-Nya. Allah berfirman,

“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (an-Nisaa’: 65).

Ketiga, Menyerahkan Diri Sepenuhnya Tanpa Perasaan Berat

Apapun yang dilakukan manusia dalam hidup ini, bila diserahkan sepenulmya kepada Allah, yakni dalam rangka mencari ridha-Nya, maka dia bisa termasuk orang yang mengabdikan diri kepada-Nya.

Allah SWT berfirman,

“Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam (al: An’am: 162).

Mengingat luasnya cakupan ibadah, maka para ulama membaginya menjadi dua macam,

Dua Macam Ibadah tersebut yaitu ibadah mahdhah (khusus) yang kaitannya langsung dengan Allah (habl min Allah) dan ibadah ghair mahdhah (umum) yang kaitannya antar sesama manusia dan lingkungan (habl mi al-naas).

Seseorang akan menjadikan kehidupannya untuk mengabdi kepada Allah SWT apabila ia menunjukkan ketaatan terhadap ketentuan Allah SWT.

Karena itu, seorang mukmin selalu memiliki kesiapan untuk mendengarkan ketentuan Allah dalam rangka memahami dengan sebaik-baiknya untuk selanjutnya ditaati sesuai dengan apa yang menjadi tuntutannya,

Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang yang beruntung (QS 4:65).

Orang yang siap menanggung resiko akan selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang menunjukkan pengabdiannya kepada Allah.

Baik dalam situasi menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pandangan duniawi, bahkan dalam keadaan aman maupun terancam.

Tegasnya, ia tidak akan goyah dari jalan pengabdian, apapun situasi dan kondisinya, bahkan bila mengalami kesulitan, ia tidak boleh merasa sebagai orang yang paling sulit karena generasi terdahulu juga lebih sulit dalam mempertahankan dan memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebenaran yang datang dari Allah SWT.

Inilah yang sering disebut dengan istiqomah yang amat ditegaskan oleh Allah SWT termasuk kepada Nabi Muhammad SAW.

Bebagaimana firman-Nya: Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS 11:112).

Karena tugas ibadah itu melekat pada perjalanan hidup manusia, maka tugas ibadah itu berlaku sepanjang hayat.

Selama kita masih dapat menghirup udara segar di dunia, maka sepanjang itu pula kita tetap memiliki kewajiban untuk mengabdi kepada Allah SWT.(**Berbagai Sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *